Banyak cerita yang dapat kita lukiskan mengenai kehidupan, dahulunya kita siapa? Darimana? Ada dimana? Dengan siapa? Siapa saja? Kalau Sekrang? bagaimana tentang Aku, kamu, dia dan mereka? Aku rasa kita semua sama.
Hidup ini dimulai sedari kita seonggok orok mungil, kecil, putih, bersih belum bernoda dan tanpa dosa. Berkembang menjadi balita yang mungil, imut, lucu dan ceria dengan goresan tinta yang belum terlihat keberadaannya.
Kita terlahir dari seorang ibu selama 9 bulan 10 hari untuk melihat dunia yang katanya Indah. Tapi memang dunia itu benar-benar indah sampai-sampai membuat kita terlena. Hari-hari kita dihiasi dengan kelembutan dan perhatian seorang Bunda, terasa lengkap dengan hangatnya belaian kasih sayang seorang ayah.
Kemudian secara perlahan tumbuh menjadi seorang anak kecil yang belum tau akan mara bahaya. Penuh perhatian dari keduanya agar kita tidak terjatuh bahkan terluka karena kita belum tahu apa-apa.
Hidup menjadi anak kecil begitu indah disamping kita punya orangtua dan saudara, kita juga punya sahabat yang riang gembira, selalu ada menghiasi hari-hari kita penuh canda dan tawa, ada juga terkadang tangisan dan air mata karena tersakiti oleh sahabat kecil kita yang nakal dan bandel kemudian merengek kepada ayah dan bunda saat mainan kita dirampas ataupun diejek oleh teman kecil kita, tetapi itu tidak berlangsung lama semuanya kembali berjalan seperti biasa.
Perlahan tinta itu semakin membinar walaupun nampak samar-samar seiring usia beranjak remaja. Berusaha mencari tahu akan jati diri untuk bekal di hari tua nanti. Kini kita sudah merasakan adanya cinta dan rasa ingin memiliki, saling menyombongkan diri, rasa egois yang menjadi-jadi, ingin tampil yang terbaik dan dipuji-puji. Pergaulanpun meluas tanpa batas, semuanya dicoba buat puas-puas tidak tahu menahu akan nafsupun seperti binatang buas.
Arti persahabatanpun bisa dimulai dari sini, seorang sahabat yang mampu membawa kita masuk ataupun keluar dari semua ini, sahabat yang menjadi tempat berbagi karena orangtua mulai terlena akan kesibukan duniawi, membanting tulang setiap hari. Saudarapun sibuk dengan urusannya masing-masing, sehingga tidak ada waktu buat mereka untuk mendengar curhatan kita, atau karena kita sendiri yang malu atau memang tidak mau untuk cerita ini itu, karena kita merasa serba tahu.
Sahabatpun hadir disaat kita sedang bersedih, saat tertawa, saat suka dan duka. Disini juga kita mulai merasa betapa pentingnya arti persahabatan.
Merasa kalau sahabatpun segala-galanya. Perasaan kecewa ataupun merasa bersalah saat seorang sahabat mengkhianati kita ataupun sebaliknya. Terkadang timbul rasa ingin, tidak untuk memaafkan.
Waktu terus bergulir, detik demi detik, menitpun menjadi jam, terus berputar maju seiring sejalan. Hari demi hari telah terlewati, minggu demi minggu selalu datang setiap waktu, bulan berganti bulan dan tahunpun sudah berlalu mengikuti perubahan zaman. Coretan-coretan dosa sudah banyak menodai lembaran kehidupan, berserakan dimana-mana, bahkan berkali-kali noda itu tumpah di tempat yang sama.
Satu persatu seorang sahabat pergi meninggalkan kita, entah kemana? Sepertinya mereka sudah menemukan jati dirinya. Seorang dari mereka ada yang begitu peduli, sahabat kita di waktu kecil, teman bermain, dia selalu hadir saat kita tersingkir, selalu mengulurkan tangannya saat kita jatuh tersungkur, selalu mengingatkan kita saat kita sedang kufur. Kini juga pergi, berganti walaupun tak dapat terganti. Memang Dunia tidak ada yang abadi, semuanya akan berganti dengan yang baru, sahabat-sahabat baru, lingkungan yang baru, perjalanan kehidupan yang baru, semuanya dilalui sendiri-diri mungkin untuk menyombongkan diri di suatu hari nanti, semuanya ada di jalan masing-masing, seperti bulan yang selalu berada di garis edarnya, seperti planet dan lintasnya seperti komet akan muncul pada waktunya.
Hingga akhirnya kau akan merasa kalau sahabat bukanlah siapa-siapa, mereka itu orang yang hadir sesaat tetapi berkesan begitu lekat.
(catatan seorang sahabat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar