Kamis, 19 Mei 2011
............
Semua mata terpanah, tertuju pada satu titik fokus, seperti teropong yang diarahkan ke langit luas di angkasa raya, mengamati jika saja ada bintang yang bernama Andromeda melintas mata. Atau seperti sniper (penembak jitu) yang siap membidik kepala yang dituju, 90% tepat pada sasaran, sisanya ditentukan oleh arah angin yang membawa timah panas dari peluru, berharap kepala yang dituju mati, saat selongsong peluru itu jatuh ke bumi.
Seperti itulah pandangan orang-orang munafik jika melihat orang lain susah atau tertimpa suatu musibah. Mata mereka terbelalak mesra, hati mereka tertawa ria, terkadang mereka menanggis pilu, nampaknya ikut larut dalam kesedihan padahal mereka bersuka cita. Tipu daya daripada airmata yang terbalut duka, padahal itu semua cuma sandiwara mereka saja.
Semuanya tentang kesedihan yang kurasa, saat dunia mulai memurungkan wajah. Saat semua mencemooh, menghujat bahkan meludah karena mereka merasa, merekalah yang paling benar. Merekalah yang paling pintar dan mereka merasa paling hebat. Sayangnya aku bukan bagian dari mereka? Kalau seandainya aku bisa berpura-pura menjadi bagian dari mereka, maka akan kuhujamkan panah ke dada mereka hingga menembus jantung, lalu menyeret
leher mereka ke tiang gantungan kemudian menggantung mereka hingga mereka terdiam membisu seperti patung.
Orang-orang munafik itu akan tertawa saat melihat orang lain susah, mereka akan bersedih saat orang lain berbahagia. Mereka akan marah saat orang lain lebih unggul daripada mereka. Mereka akan bangga saat orang lain mengemis dan menghamba.
Aku mulai bingung, apa yang tertulis disini, apakah itu pikiranku atau pikiran mereka? Terkadang merasa kalau itu semua seperti pikiranku sendiri? apakah aku termasuk orang yang munafik? Atau aku sok suci dan mengintimidasi orang lain untuk memuji dan membanggakan diri sendiri?
Alangkah seramnya seandainya aku harus menggantung diriku sendiri? menghujamkan panah ke jantungku sendiri? dan membidik kepala sendiri hingga mati? Wah...pasti aku termasuk orang yang mati dalam keadaan yang merugi?
Biarkan suara alam yang menjawab dengan nanyian-nyayian lembut mereka.
Yang jelas Tuhanlah yang Mahasegalanya, Mahamengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang nyata.
"Kepada-Nyalah aku berserah diri, kepada-Nyalah aku beriman dan mohon pertolongan. Karena Dialah penguasa alam semesta, Tuhan di langit dan Tuhan di bumi, Tuhan yang tahu akan dosa yang aku sembunyikan dan dosa yang aku nampakan atau dosa yang hanya Dialah yang mengetahuinya"
aku hanyalah makhluk dan Dia pencipta, Berkuasa atas diriku dan aku hanyalah seorang hamba. Tuhan aku mohon, Jangan jadikan diriku orang yang munafik atau aku akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi. Aku takut Tuhan, karena yang kutahu siska-Mu begitu pedih. Pedihnya seperti duri yang tertinggal, menusuk di dalam hati (tak bisa dibayangkan orang-orang yang membayangkan dan tidak tergambarkan oleh orang-orang yang menggambarkan). Bagi-Mu segala puji atas hidup dan matiku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar